Minggu, 12 Agustus 2007

Menikmati Keindahan Merapi:




Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta seperti tidak habis-habisnya menawarkan cerita menarik. Mulai dari fenomena alamnya yang unik, keindahan paronamanya, hingga cerita-cerita legenda yang melingkupinya. Bagi wisatawan yang gemar berlama-lama menghirup udara pegunungan yang sejuk sambil memandangi alam berbukit dengan lekukan-lekukan tebing yang indah.

Salah satu tempat paling favorit untuk menikmati keindahan Merapi adalah Ketep Pass. Berada di Desa Ketep Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang Ketep Pass atau gardu pandang Ketep berada pada ketinggian 1.300 meter di atas permukaan air laut. Dengan posisi di antara Gunung Merapi dengan Gunung Merbabu, membuat Ketep Pass sebagai tempat ideal untuk melepas cakrawala pandang dan meluruhkan segala kepenatan hidup dan rutinitas keseharian. Dari Ketep Pass, kita dapat menikmati panorama Gunung Merapi dan Merbabu, Sindoro, dan Sumbing.

Kalau kebetulan kita datang pada saat yang tepat dengan cuaca yang cerah, kita akan disuguhi panorama Merapi yang indah dengan kepulan asap putih tipis di puncaknya. Puncak Gunung Merapi dengan ketinggian 2.911 m di atas permukaan laut (dpl) itu terlihat selalu megepulkan asap solvatara adalah sajian yang menakjubkan. Dan lebih memukau apabila cuaca cerah sehingga kita dapat melihat keagungan gunung tersebut pada saat matahari mulai muncul dari peraduannya. Punggung gunung tersebut bentuk sejenis siluet yang Indah. Sangat indah.

Terdapat beberapa titik gazebo yang cukup nyaman dan dilengkapi dengan teropong untuk menatap keanggunan Merapi. Dengan teropong yang bisa kita sewa seribu rupiah per lima menit, puncak Merapi dengan hamparan batu-batuannya yang kehitaman nampak terlihat jelas. Selain itu mata kita juga akan dimanjakan oleh hamparan hijau areal pertanian holtikultura milik petani setempat. Kawasan wisata ini mulai dikembangkan Pemda Jateng dengan Pemda Kabupaten Magelang Tahun 2003 dalam paket pariwisata Solo-Selo-Borobudur.

Sejumlah fasilitas wisata Ketep Pass yang dikelola oleh Pemerintah Daerah Magelang, antara lain Volcano Theater yang berkapasitas 75 tempat duduk yang digunakan untuk memutar film aktivitas vulkanik Merapi. Selain itu terdapat museum vulkano, gardu pandang, ruang rapat yang di desain sedemikian rupa di alam terbuka, restoran di puncak gunung, area parkir, area pedagang kaki lima yang bernuansa geospace. Tidak kalah menarik hamparan kebun sayur yang dikelilingi arena tracking sehingga pengunjung dapat melihat-lihat kebun sambil menikmati segarnya buah tomat.

Fasilitas Homestay

Bagi wisatawan yang menginginkan suasana Ketep secara lebih mendalam, dapat menyewa rumah-rumah warga sekitar Ketep Pass yang menyediakan rumahnya untuk dijadikan homestay atau rumah singgah. Rumah-rumah milik penduduk yang terletak di sekitar Gardu Pandang Ketep umumnya menyediakan tiga sampai enam kamar tidur sederhana dengan tempat tidur besar dan lemari. Suasana pedesaan yang tenang dan alami ditambah dengan udara yang cukup dingin membuat wisatawan merasa betah. Namun booming jasa homestay justru dirasakan oleh penduduk Ketep pada saat Gunung Merapi aktif menyemburkan lava pijar dari puncaknya.

Dengan tarif yang relatif murah antara Rp. 10 ribu sampai dengan Rp. 30 ribu untuk kalangan pelajar atau mahasiswa, dan wisatawan local serta Rp. 50 ribu permalam untuk turis asing, pemilik homestray masih menyajikan makanan dengan menu utama sayur-sayuran segar yang dipetik dari kebun setempat seperti buncis, wortel, sawi dan lauk tempe dan tahu goreng. Sesekali, --dengan perjanjian sebelumnya—wisatawan dapat menikmati pementasan kesenian tradisional masyarakat seperti kuda lumping.

Pos Pengamatan Merapi Babadan

Puas menikmati Merapi dari Ketep Pass, kita bisa mencoba angle lain dengan suasana yang sedikit berbeda. Resminya Pos Pemantau Gunung Merapi Babadan ini bukan objek wisata. Namun bagi siapapun yang tertarik untuk mempelajari tingkah laku gunung Merapi atau sekadar ingin menikmatinya pos pengamatan Gunung Berapi sangat representative. Pos Pengamatan Gunung Merapi Babadan terletak di Desa Babadan Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang.

Pos pengamatan Gunung Merapi Babadan dikelola oleh Direktorat Vulkanologi, Departemen Pertambangan dan Energi. Selain di Babadan, pos-pos pengematan Gunung Merapi juga terdapat di dua tempat lain, yaitu di Selo Kabupaten Boyolali dan Kinahrejo, Yogyakarta. Pos-pos pengamatan tersebut salah satu fungsi utamanya adalah melakukan pemantauan aktivitas Merapi, kemudian dengan alat-alat yang tersedia mengolah data atau informasi tersebut, dan menyampaikannya kepada pihak-pihak yang berwenang untuk diambil langkah-langkah seperlunya. Sebagai misal, jika Gunung Merapi dalam kondisi normal, maka pos pengamatan akan menetapkan status “AKTIF NORMAL”, sehingga penduduk sekitar dapat tetap bertani dengan tenang, dan pendaki dapat menikmati keindahan Merapi dengan nyaman. Namun jika terpantau adanya peningkatan aktifitas, maka petugas pos pengamatan akan mengeluarkan pernyataan “WASPADA / SIAGA”, “AWAS” atau bahkan “BERBAHAYA” sehingga pihak-pihak terkait seperti pemerintah daerah, masyarakat sekitar, dunia penerbangan, atau para pencinta alam dapat bertindak antisipatif seperti tidak mendekati daerah yang berbahaya tersebut, atau jika perlu mengungsikan penduduk sekitar ke daerah aman.

Pada saat kondisi normal Pos Pengamatan Gunung Merapi Babadan yang terletak pada ketinggian 1278,60 di atas permukaan laut (dpl) biasanya dibuka untuk umum. Kita bisa berkendaraan menapaki jalanan menanjak sebelum sampai ke tempat tujuan. Dari tempat ini kita bisa menikmati panorama Gunung Merapi yang indah dengan sudut pandang yang leluasa. Sambil menikmati udara yang sejuk kamu bisa memandangi puncaknya yang berbatu dan mengepulkan asap tipis terlihat dengan mata telanjang. Atau jika ingin lebih detail melihat puncak Merapi, kita bisa meminjam dengan cuma-cuma teleskop dari petugas pemantau. Dari petugas Pos Pengamatan, kita juga bisa memliki karya-karya fotografi langka -- tentu saja dengan mengganti biaya cetak-- yang diambil pada saat Gunung Merapi meletus dengan semburan lava pijar ke arah langit.

Bunker Bawah Tanah

Pos Pengamatan Gunung Merapi Babadan ini sebenarnya merupakan bangunan yang yang cukup tua peninggalan pemerintah kolonial Belanda. Namun kesan “seram” tidak lagi tampak karena pada beberapa bangunan sudah diadakan pemugaran, dan penataan pohon-pohon rindang yang menambah asri kawasan tersebut.

Di pos ini juga dilengkapi dengan alat-alat pengamatan seperti teleskop untuk mengamati aktifitas puncak Merapi. Kemudian ada seismograf yang mencatat secara otomatis nonstop setiap getaran yang terjadi di dalam perut bumi, karena salah satu penanda terjadinya letusan gunung berapi adalah terjadinya gempa vulkanik. Kemudian ada stasiun penakar hujan dan sistem prakiraan dan peringatan dini terjadinya banjir lahar di daerah Gunung Merapi. Alat-alat tersebut dioperasikan oleh petugas yang berjaga secara bergilir memantau setiap aktivitas Merapi. Pada kondisi aktivitas Merapi meningkat petugas Pengamat bekerja ekstra untuk mengantisipasi hal-hal yang mungkin terjadi.

Untuk melindungi para petugas dari resiko terkena lontaran material erupsi Merapi seperti lava panas atau batuan, pos pengamatan juga dilingkapi dengan bunker bawah tanah. Bunker ini berupa bangunan berbentuk setengah lingkaran berukuran tinggi sekitar 2,5 meter dan lebar 3 meter yang terdiri dari beberapa ruangan. Bangunan ini terlihat sangat kokoh sekalipun sejak dibangunnya sampai dengan saat ini belum mengalami pemugaran. Dari bunker ini petugas tetap bisa mengamati gunung Merapi dengan aman sekalipun Gunung Merapi menyemburkan lava pijar.

Gunung Merapi merupakan gunung api dengan tipe strato yang berentuk kerucut. Material yang dikeluarkan pada saat terjadinya erupsi atau letusan berselang-seling atara lava cair encer dan lava cair kental, yang memungkinkan gunung ini semakin lama semakin betambah tinggi. Erupsinya sangat khas yang ditandai dengan pembentukan kubah lava yang bisa longsor membentuk aliran lava dan batuan pijar yang sangat berbahaya. Juga yang tak kalah mengerikan adalah endapan awan panas (pyroclastic) yang tiba-tiba datang, masyarakat setempat menamainya “wedhus gemel” mungkin karena terlihat putih bergumpal-gumpal mirip dengan domba atau dalam bahasa jawa dinamakan wedhus gembel.

Awan panas inilah yang merupakan ancaman serius, karena terjadinya bisa dengan tiba-tiba dan sukar diprediksi, serta kecepatannya mencapai lebih dari 100 km per jam dengan suhu lebih dari 200 °C. Wuih siapa yang bisa tahan? (Taryadi)

Tidak ada komentar: