Singgasana Band: Memilih jalur Pop
Apa jadinya jika sekelompok anak-anak muda yang sama-sama hobi bermusik, konngkow-kongkow di satu tempat? Ya, pasti tangan-tangan mereka kerasa gatal untuk segera memetik gitar, membetot bas, dan menggebuk drum atau apapun yang bisa menyalurkan kegemaran bermusik mereka. Maka pada, 22 Januari 2006 ide untuk mendirikan grup band secara resmi mereka ikrarkan. Sekelompok anak muda dengan berbagai karakter dan latar belakang di wilayah Bongsari, Semarang Barat yang terdiri dari, Dodo, Adi, Yoyok, Agung, dan Ale Wong ini kemudian bersepakat melabelkan “Singgasana Band” sebagai nama band mereka. Mengusung warna musik Pop Rock, Grup band ini kemudian mulai ikut menapaki kiprahnya di hangar bingar band-band Kota Lumpia Semarang.
Dari berbagai latar belakang dan pengalaman ngeband di komunitas mereka sebelumnya, personel-personel Singgasana Band ini tentu sadar tidak gampang untuk menyatukan visi bersama dalam satu grup band. Inilah yang kemudian melatari pilihan warna musik mereka. Sehingga, berbeda dengan grup band lain yang biasanya “gagah” mengusung jenis aliran musik yang tertentu, Singgasana Band lebih memilih realistis dengan menggarap jenis musik yang sudah akrab ditelinga khalayak.
Menurut Dodo, Manajer merangkap additional player, filosofi bermusik Singgasana Band memang tidak ingin muluk-muluk. “Bagi kami, Singgasana Band didirikan tidak lebih sebagai sarana ekspresi dan saluran hobi bermusik anak-anak muda di sekitar tempat tinggal kami. Kalaupun kemudian masyarakat mulai menghitung eksistensi band ini, mungkin di antaranya disebabkan jenis musik yang kami mainkan tidak neko-neko. Kami lebih puas apabila penonton memberi applus, setelah kami memainkan sebuah lagu dari penyanyi atau band terkenal, ketimbang penonoton terdiam karena tidak bisa mengapresiasi jenis lagu kami.
Ya. Singgasana Band memang lebih memilih kompromis dengan selera dengar kalangan kebanyakan. Maka jangan heran apabila Singgasana Band kerap hadir di panggung-panggung hiburan masyarakat dengan mengisi jenis acara seperti, tujuhbelasan, Ngabuburit Ramadhan hingga resepsi pernikahan dengan membawakan lagu-lagu dari grup band terkenal seperti Peterpan, Radja, Letto, Ungu, dan Dewa 19.
Menjaga Komitmen Grup
Belajar dari pengalaman bubarnya banyak grup band besar yang terjadi karena konflik internal, Singgasana Band bertekad bahwa pondasi dasar, untuk berkiprah diblantika musik lokal maupun nasional adalah menempatkan komitmen dan kekompakan grup di atas segala kepentingan pribadi. Dalam pandangan Singgasana Band, skill bermusik, kemampuan vokalis dan aksi panggung adalah keniscayaan dan buah dari komitmen dan kekompakan personal band dalam berlatih.
Maka sore itu, di Home Base mereka di Jalan Kumudasmoro Tengah Raya No. 401
Bagi Singgasana Band, selain skill bermusik yang tidak kalah penting bagi sebuah band yang ingin unjuk diri, adalah kemampuan band tersebut mengkreasi musik dan lagu yang menjadi andalan pada saat naik di panggung. Maka dari proses kreatif mereka lahirlah, “ Keraguan” yang bernuansa pop dengan lirik menyentuh mempertanyakan kepastian cinta kepada kekasih, gubahan Adi. Juga ada “Alice” Karangan Dodo yang berirama lembut mendayu dengan lirik bercerita tentang seorang gadis pujaan hati bernama
Singgasana Band memang tidak sakadar ingin meramaikan blantika musik di
Tidak ada komentar:
Posting Komentar